Hujan
diluar sana semakin deras, malam ini aku sendiri menatap langit yang kosong,
tak ada bintang, dan bulan pun enggan menemaniku. Ribuan tanya mencoba mengusik
hatiku. Siapa lagi kini yang bisa mengerti aku. Kini aku benar-benar sendiri,
menangis sendiri serta tersenyum sendiri mengenang kenangan kita yang entah
sekarang mau dikemanakan. Aku sudah menangis tersedu, tapi kini air mataku pun
tak bisa membuat Andre kembali. Saat air mataku mulai mengering dan aku ingin
pergi dari Andre mengapa ada keraguan yang mengusik.
Hujan
malam ini sama seperti hujan dua tahun lalu, saat Andre mengatakan bahwa dia sayang
padaku untuk pertama kalinya. Ya akhirnya kamu
mengakui juga rasa itu setelah sekian lama pertemuan pertama kita terjadi.
Malam itu hujan turun sangat deras. Sedangkan aku dan dia berdua di balkon atas
rumahku, malam itu kita berencana menunggu pagi dan mencoba untuk memilih tuk
mengakhiri atau memulai kisah kita. Memilih adalah hal yang paling menakutkan
dalam hidup yang harus aku lakukan.
“apa yang kamu harapkan dari seorang Andre?“ tanya
Andre saat detik jam menunjukkan pukul 01.00, itulah kalimat pembuka dari
heningnya malam itu.
“aku mengharapkan cinta dari kamu” jawabku.
“menurut kamu apa arti cinta
itu?”
“cinta itu kebahagiaan”
“hanya itu?” Andre menatapku dalam seakan dia
mencari sebuah jawaban didalamnya.
“bukan hanya itu, bagiku cinta adalah bersamamu, karena
aku sayang kamu, bagaimana lagi aku harus meyakinkan rasa sayang ini? Aku
sayang kamu dan kamu gak pernah mau tau itu.” Aku menunduk dan air mataku pun
mulai mengalir.
“aku tau cinta kamu tulus, tapi
karena itulah aku gak bisa sama
kamu Naia”
“Aku harus apa lagi? Aku harus apa? tolong kasih tau aku?”
“Nai…
kamu harus jalani hidupmu sebaik-baiknya tanpa aku. Karena kalau kamu tetap bersamaku
pasti kamu akan tersiksa dengan keadaanku” kata Andre sambil menatapku lekat.
“kenapa? Kenapa kamu gak mau sedikit
saja mencintaiku? aku.... aku...” aku
menatapnya tajam dengan penuh harap, tapi Andre malah terdiam lama.
“ maaf aku
memang terlalu egois, aku tau
kamu gak sayang aku, maaf…” kataku sambil tertunduk dan air mataku kembali mengalir.
“aku sayang Naia... tapi....” nafasku rasanya
tercekat mendengar pernyataannya.
“kamu
sayang aku?, aku gak salah dengar kan?”
“yang kamu
dengar gak salah tapi
kata-kataku belum selesai, aku memang sayang kamu tapi... tapi karena rasa sayang ini Aku harus meninggalkanmu”
“aku gak ngerti apa maksud kamu? Kamu bilang kamu sayang aku tapi kenapa kamu mau meninggalkanku? Kamu
bercanda kan?”
“aku gak bercanda. Naia apa yang bisa kamu
harapkan dariku, cowok penyakitan yang gak punya masa depan?”
“apa...??”
“ya Nai, aku sakit, kanker otak yang bukan rahasia
umum lagi kalau penyakit ini memang gak bisa diobati.”
“gak mungkin.. aku gak percaya, KAMU BOHONG!!!!”
air mataku semakin deras keluar dari dua kelopak mataku, tubuhku lemas seakan
tidak bertulang. Sedangkan Andre malah tersenyum, cukup banyak arti yang
tersimpan dibalik senyumnya itu.
“Nai, kamu takut kan?”
“ya... aku takut... aku takut kehilanganmu.”
Jawabku.
“jangan berbohong hanya untuk menyenangakanku
sejenak, sudah cukup banyak penolakan yang aku terima sebelum ini. Sekarang
cepat beranjak dariku sebelum kamu benar-benar tidak bisa lepas dariku.”
“kamu yang terlambat Ndre...” Andre mengangkat sebelah alisnya sepertinya dia bingung dengan pernyataanku.
“aku sudah benar-benar tidak bisa beranjak
darimu.”
“kamu bodoh. Apa yang bisa kamu harapkan dari aku
Nai?”
“terserah apa pendapat kamu tentang aku, aku
memang bodoh tapi aku cukup bisa untuk menilai ketulusan, termasuk ketulusan
dimatamu sekarang”
“umurku gak lama lagi”
“kenapa kamu berpikir seolah-olah kamu adalah
Tuhan, kalau besok aku yang mati dulu, apa kamu masih mau mencintaiku sekarang?”
akhirnya Andre memelukku erat sekali, seakan-akan dia tidak mau sedetik saja
kehilanganku. Setetes demi setetes air yang hangat mulai terasa
dipunggungku, ya Andre menangis juga. Entah apa yang ada dihatinya saat itu
tapi aku benar-benar bahagia akhirnya dia mau jujur tentang hatinya. Rasanya
ada ribuan malaikat yang mengangkatku kesurga, cinta yang selama ini sangat
mengusik hati ini, akhirnya dapat kudekap erat.
Tapi
kini kesepian yang setia menemaniku. Tak ada lagi kabar tentangnya, setiap aku
kerumahnya pasti dia selalu gak ada dirumah. Terakhir aku bertemu dia adalah
saat ulang tahunnya 4 bulan yang lalu. Saat itu aku membawakannya sekotak kue tart
coklat. Perjuangan yang sangat keras untuk membuat kue tart itu menjadi sebuah
kue yang benar-benar kue. Mamaku memang pandai membuat kue, tapi sayang bakat
itu tidak menurun padaku sama sekali. 1 bulan penuh aku belajar membuat kue
dari mama. Semua usaha aku lakukan, mulai dari menghabiskan telur ayam
dikandang ayam milik nenekku, dikejar bebek waktu beli tepung roti, kehujanan
saat harus service oven, 7 kali berturut-turut hasilnya gosong, sampai yang
paling parah aku salah mengambil bahan, yang seharusnya tepung roti yang aku
ambil malah semen putih dan hasilnya
jadilah adonan semen itu kue semen pertama yang pernah di buat di dunia ini.
Sangat-sangat memalukan mengingat itu semua, perjuangan yang berujung pada kue
tart hasil bikinan mama yang akhirnya aku berikan.
Saat itu tepat pukul 00.00, dibantu kak Risa, dia
kakak pertamanya Andre. Kami pun membuka kamar Andre dan mengagetkannya dengan
surprise kita.
“HAPPY BIRTHDAY ANDRE CAYANG” teriakku dan kak
Risa bersamaan.
Aku gak pernah menyangka malam itu kan jadi malam
terakhirku bertemu Andre. Malam itu setelah Andre meniup lilin, aku bertanya
padanya apa permintaanya, “rahasia dong” jawabnya.
“Andre jahat, masak sama aku pake rahasiaan
segala, aku gelitikin lho?” ancamku.
“peace... peace... jangan gelitikin aku”
“kalo gitu kasih tau”
“aku pengen Naia cepet tua”
“hahhh...!?” melihatku terperangah seperti itu Andre
malah tergelak keras.
“sepertinya ada yang beneran mau Nai gelitikin
ni..” ancamku lagi.
“gak... gak..”
“kalau gitu kasih tau?” Andre pun mendekat padaku.
“aku tadi berharap Naiaku diberi kebahagiaan
selamanya”
“pasti bohong”
“ya uda doanya aku cabut!”
“eh jangan... masak doa dicabut lagi sih?”
“abis kamu tadi ngatain aku bohong” aku nyengir
melihat Andre cemberut.
“maaf... Andre kamu tau gak aku
seneng lho... aku bersyukur banget Andre bisa nemenin aku sekarang... Aku akan bahagia kalo Andre selalu mau ada disisiku”
“itu yang gak akan bisa terjadi.”
“kenapa?”
“Naia mau janji sesuatu sama aku kan?” aku
mengangguk.
“Naia mau aku juga bahagia?”
“Andre kenapa?” tanyaku
“aku ingin Naia gak akan pernah menangis lagi”
“Naia janji...”
Kemudian ada selembar kertas jatuh disamping meja
dekat laptop Andre, aku memungut kertas itu yang ternyata adalah selembar foto,
foto seorang gadis berkulit putih, rambutnya panjang bergelombang, di foto itu
gadis itu sedang tersenyum manis sekali. Gadis yang gak pernah aku kenal itu memiliki paras yang
sangat cantik.
“siapa cewek ini?” tanyaku dengan suara bergetar,
diseberang tempat tidur Andre hanya terdiam sambil menatapku.
Setengah jam berlalu dalam diam, Andre benar-benar
tidak menjawab pertanyaanku. Akhirnya aku mengambil gitar disampingnya, lalu aku menyodorkan gitar itu padanya.
“nyanyikan sebuah lagu buat aku” pintaku, Andre
pun mengambil gitar itu dan mulai memainkan kuncinya. Lagu yang di mainkannya
adalah lagu peterpan dengan judul “yang terdalam” sedangkan
aku masih diam mencoba tuk menikmati alunan musik yang dia mainkan walaupun
sebenarnya aku masih berkelut dengan tanda tanya tentang siapa cewek di foto
itu, foto itu masih ada di atas meja disampingku, sekilas aku melirik foto itu
lagi untuk kesekian kalinya tapi aku tak kunjung mendapat jawabannya sampai kak
risa membuka pintu.
“Naia mau sholat subuh kemasjid?”
“iya Kak” setelah itu aku beranjak meninggalkan
Andre yang masih asyik dengan gitarnya dan foto si cewek cantik yang tetep ada
di atas meja.
Saat sarapan pagi itu Andre lebih banyak diam.
“martabaknya special masakan Naia lho” kata kak
Risa.
“itu kan tadi kakak yang kasih bumbu” elakku.
“tapi kan kamu yang goreng Nai, enakkan Ndre?”
“ kak Risa ada-ada saja” kataku saat kulihat Andre
hanya terdiam menatap kosong piring didepannya.
“Andre kenapa kamu diam terus?” tanya kak Risa
memecah kekikukan diantara kita.
“mm.. enak.” Jawaban yang sangat singkat dari
Andre yang sungguh makin membuatku bertanya-tanya, sebenarnya ada apa dengan
Andre? Apa benar ada cinta lain dihatinya?
Setelah sarapan itu Andre mengantarku pulang,
sepanjang perjalanan pulang Andre pun masih tetep diam. “Andre aku boleh
tanya?”
“tumben mau tanya aja pake gitu dulu?”
“abis dari tadi kamu diem terus”
“mau tanya apa?”
“Andre masih tetep sayang Naia kan?” setelah
pertanyaan itu Andre kembali diam.
“Naia Cuma ingin Andre tau, aku bahagia bila kamu
juga bahagia” Andre mengangguk kecil entah apa artinya
aku semakin tidak mengerti akan sikapnya.
“Nai, sorri ya kalau selama denganku, aku tidak bisa memberikan semua yang kamu mau” kata Andre saat aku turun
dari mobil.
“maksud kamu apa?”
“gak ada apa-apa aku cuma pengen ngomong itu” jawabnya kemudian dia kembali masuk ke dalam mobil.
Cepat aku membungkuk untuk mengetuk jendelanya, saat jendelanya mulai dibuka
aku mengatakan, “aku sangat bahagia saat aku bisa sama kamu, karena aku sayang
kamu” sedangkan Andre hanya tersenyum kecil. Itulah kata terakhir yang bisa aku
ucapkan pada Andre. Karena setelah saat itu aku tidak bisa lagi menghubungi
Andre, bukan hanya sms aku yang tidak dibalas, telpon aku pun dia tidak pernah
terima. Semua tentang dia seakan lenyap tertelan bumi. Bahkan kak Risa pun
kabarnya pergi ke Canada untuk meneruskan kuliahnya.
Tak
terasa sang surya mulai menyapa, aku segera beranjak ke kamar mandi. Pagi ini
aku berencana untuk mendatangi rumah Andre, semoga dia ada dirumah kali ini.
Cepat-cepat aku merapikan baju sambil berharap hari ini keberuntungan berpihak
padaku. Hari ini aku ingin mempertanyakan cintaku, masihkah aku ada dihatinya?
Rentetan kendaraan bermotor yang penuh polusi mengiringi perjalananku. Kali ini
tak ada lagi yang bisa menahan rasa rinduku padanya.
“Andre aku dat.....” ucapanku tercekat saat
mengetahui rumah Andre sekarang sangat ramai, sepertinya ada acara disana
banyak orang berdatangan, mungkinkah kak Risa married, sepertinya gak mungkin
kak Risa kan ada di Canada. Aku mulai bisa melihat wajah orang-orang disana,
dan langkahku mulai terhenti pada rangakaian bunga yang bertuliskan “TURUT
BERDUKA CITA” didepan pagar, Disamping pintu aku juga melihat kak Risa, matanya
merah oleh air mata yang sesekali mengalir dipipinya, kuberanikan diri untuk
mendekatinya.
“kak Risa...” sapaku yang membuat kak Risa serta
merta memelukku erat, tangisnya semakin menjadi. Di sekelilingku semua memakai
baju hitam, pasti ada yang meninggal tapi siapa? Ayah Andre kah?
“kakak, Andre mana?” tanyaku saat kak Risa mulai
melepas pelukannya.
“Andre di dalam...” jawab kak Risa dingin, langkahku
tak seimbang rasanya sangat berat antara aku merindukannya dan aku juga takut
kenyataan seperti apa yang akan aku lihat didalam. Ditengah kerumunan orang
sesosok tubuh sedang terbujur kaku diselimuti kain putih, wajahnya pucat,
dingin, dan pemilik tubuh tak bernyawa itu adalah Andre.
“gak mungkin... AAAARRRGGH....” jeritku yang
langsung membuatku terbangun, ternyata itu cuma mimpi. Aku segera
berlari ke kamar mandi untuk membasuh mukaku, berharap mimpi buruk itu segera
lenyap dari ingatanku.
Aku harus kerumah Andre, aku
gak mau terjadi apa-apa dengan dia.
Mobilnya
sedang di parkir didepan rumah, paling tidak ini berita bagus kerena
kemungkinan besar Andre ada dirumah. Aku menekan bel didekat pintu gerbangnya dan alangkah kagetnya aku saat yang membuka pintu rumahnya adalah cewek
yang wajahnya pernah aku lihat, cewek cantik ini adalah cewek yang waktu itu
fotonya aku liat dikamar Andre. Oh Tuhan... apa cewek ini benar-benar sudah
menggantikanku di hati Andre.
“maaf cari siapa ya?” tanya cewek itu lembut.
“Andre ada?” tanyaku berusaha membuat nada seramah
mungkin.
“kamu siapa ya?” tanyanya tetap dengan nada yang
sangat lembut.
“aku ceweknya” jawabku dengan nada meninggi karena
aku tidak bisa mengotrol emosiku lagi. Cewek ini terlalu banyak ingin tau.
“Naia ya?” mendengar pertanyaannya kali ini
membuat mataku terbelalak, bagaimana bisa cewek ini mengenalku saat aku sendiri
belum mengenalnya sama sekali, aku mengangguk untuk menanggapi pertanyaannya.
“kamu mau ketemu Andre?” tanyanya lagi dan aku
kembali mengangguk. Dia langsung memelukku entah apa maksudnya tapi setelah itu
dia berpamitan kedalam sebentar kemudian menyuruhku masuk kedalam mobil Andre.
Dalam perjalanan aku mencoba sebisa mungkin membuka obrolan walaupun jujur
lidahku terasa kelu, banyak pertanyaan memuncak dalam kepalaku tentang siapa
sebenarnya cewek ini dan ada dimana Andre sebenarnya.
“kita mau kemana?”tanyaku.
“katanya mau ketemu Andre kan” jawaban yang
sungguh membuat aku tidak bisa lagi bertanya. Sampai mobil berhenti di sebuah
pelataran parkir yang sangat sepi, aku tidak mengenal daerah ini. Sebenarnya
apa mau cewek ini.
“ayo?” ajaknya, aku pun mengikutinya turun dari
mobil dan terus mengikuti langkahnya.
“Andre sudah tenang disana” kata cewek itu sambil
menunjuk sebuah pemakaman yang tanahnya masih merah. Di pusaranya tertulis nama
“Andrean Prasetyo”
“maksudnya apa aku gak ngerti.”
“Andre tidak bisa bertahan dengan penyakitnya,
lama dia berusaha untuk terus hidup untuk kamu. Tapi penyakitnya tidak
menghendaki hal yang sama, saat hari ulang tahunnya kemarin dia divonis
hidupnya tidak akan lama lagi.”
“kenapa dia tidak pernah bilang sama aku, bahkan
disaat terakhir pun aku gak bisa menemaninya. Ini gak adil”
“dia gak mau kamu sedih. Ini surat yang dia tulis
sebelum dia meninggal”
“sebenarnya kamu siapa?”
“maaf sudah membuat kamu bingung, aku kakaknya
Andre adik dari Risa.”
“terima kasih”
“Nai bukan kamu yang seharusnya berterima kasih,
kamu wanita terbaik yang pernah ada didunia ini. Atas semua kenangan indah yang
pernah kamu berikan pada Andre, terima
kasih ya” cewek itu mengusap pundakku kemudian meninggalkanku sendirian.
Aku tertegun menatap pusara Andre didepanku.
Akupun membuka surat putih yang ada ditanganku sambil mengusap air mata yang
mulai membasahi pipiku.
To
: Naia tersayang
Saat
surat ini kamu baca aku sudah tenang di alamku… Dan saat surat ini aku tulis aku sedang menatap indahnya senja sambil
mengenang senyum manismu. Maaf aku tidak pernah jujur tentang penyakitku yang
semakin memburuk. Tapi jujur aku gak mau membuatmu menangis, jadi
tolong seka air mata di pipimu sekarang. Aku sudah mencoba tuk terus bertahan
untukmu, aku ingin tetap hidup untuk terus berusaha mewujudkan arti cinta yang
kamu inginkan. Katamu arti cinta adalah bersamaku, tapi saat kini aku tidak
dapat lagi mewujudkan itu jangan pernah menangis karena ini. Tersenyumlah pasti
kamu terlihat sangat cantik. Nai, saat aku gak
ada… kamu jangan pernah menangis lagi ya
karena aku lebih suka senyummu. Karena
walau hanya bayang senyummu yang bisa aku kenang tapi itulah yang bisa membuat aku bertahan sampai aku tak sanggup lagi untuk
bernafas dan akhirnya Allah ingin aku kembali kesisiNya.
Naia kamu menyadarkanku bahwa cinta itu
adalah sebuah rasa yang tulus. Cinta menerima semua kekurangan dan cukup dengan
semua kelebihannya. Terima kasih atas cintamu selama ini. Terima kasih atas
kenangan indah yang pernah kamu buat untukku. Maaf karena aku lebih sering
membuatmu susah daripada membuatmu bahagia. Maaf aku tak bisa menemanimu lagi.
Tapi satu yang harus kamu tau, Andre selamanya akan menyayangi Naia.
Aku sayang kamu..........
Dari:
Yang mencintaimu selamanya...
Surat itu mengakhiri kisahku dengannya dan dalam
rintik hujan yang sangat romantis aku memeluk pusaranya. Bagiku ini semua masih
sangat tidak adil, aku tidak bisa mendampinginya saat dia sakit, saat seharusnya
aku memberikan kenangan terindah untuknya sebelum semua berakhir seperti ini
tapi apa yang aku lakukan? Aku tidak bisa memberinya kenangan dan itu semua tak mungkin lagi bisa aku tebus seumur hidupku.
Tapi aku harus yakin Andre tidak suka dengan air mataku dan terpaksa aku hanya
bisa ukirkan rasa cintaku di atas batu nisannya ditemani rinai alunan alam yang
mungkin Andre sudah tak lagi bisa menikmatinya. Aku akan tetap bertahan demi
cinta dan kenanganku dengan Andre sampai saat aku bisa kembali bertemu
dengannya lagi dalam kesejatian dan keabadian.
Andre sayang... cinta itu memang sebuah
ketulusan walaupun kini kita terpisah jauh dan hanya takdir yang bisa
mempertemukan kita lagi. Kamu pernah menguatkan langkahku, menyandingku dalam
indahnya cintamu. Andre lihat aku sekarang tersenyum untukmu, manis sekali kan?
Bagiku cinta kita gak pernah berakhir... karena cinta bukan masalah hidup dan
mati. Cinta punya dunia sendiri untuk hidup, dunianya sungguh unik. Kadang
dihuni tawa kadang juga banjir air mata. Tapi cinta tak pernah mengeluh karena
yang dibutuhkan cinta hanya senyuman orang yang di cintainya. Mungkin cinta tak
selalu bisa berfikir yang terbaik walaupun selalu berusaha mengusahakan yang
terbaik. Aku bukan filsafat cinta aku hanya wanita yang pernah merasakan
dalamnya cinta dan kini terpaksa harus kehilangannya.. dan kini terpaksa aku
harus mengukir ungkapan cinta terakhirku dinisanmu saja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar